WOW, ada 5 hal tersembunyi dalam JAV yang perlu kita ketahui

Kami telah merangkum 5 fakta unik dari produksi ‘blue film’ di negara berjulukan Negeri Matahari Terbit itu. Dan tambah menariknya persoalan ini, fakta-fakta tersebut bisa dikatakan lebih mengejutkan dari fakta-fakta seputar JAV. Beberapa di antaranya bahkan patut mendapat apresiasi. Apa saja kiranya? Yuk, daripada mati karena penasaran, mending dilihat daftarnya di bawah ini. 
😀

1. Pembohongan Publik Soal “Pemain Bisa Bertahan Lama”


Via Cetsalem

Di banyak video porno keluaran industri film dewasa asal Jepang, digambarkan bahwa para pemainnya tidak mudah lelah dan bisa bertahan lama. Durasi akting di atas ranjang bahkan bisa mencapai satu jam, dengan si pria tidak merasa capek atau setidaknya ejakulasi terlalu cepat. Sebagian orang mungkin berpikir bahwa aktor dan aktris yang digaet oleh industri blue film ini adalah mereka yang punya kelebihan melakukan hubungan intim. Sebagian lagi menganggap ada obat atau terapis medis tertentu yang dilakukan agar membuat mereka begitu ‘kuat’.
Namun sayang, Akiba-chan dan Akiba-kei sekalian harus menepis kedua perkiraan di atas. Karena soal “tahan lama” itu bukan dikarenakan kedua kemungkinan tersebut, melainkan hasil rekayasa dari teknik yang dilakukan oleh industri terkait. Patut diketahui, pembuatan film dewasa sebenarnya mirip dengan pembuatan film-film biasa pada umumnya. Dilakukan cut-scene, editing, hingga ‘take-action’. Fakta bahwa pemain bisa bertahan lama adalah sebuah pembohongan publik. Sebab, para kru film merekamnya per frame kemudian menggabungkan hingga menjadi film utuh berdurasi panjang.

2. Jepang Melegalkan Industri Film Dewasa


Via Picfinder

Industri film dewasa memang legal di Jepang. Bahkan, sekarang ini perusahaan-perusahaan yang bergulat di bidang blue film dan sejenisnya sedang gencar merekrut anggota baru. Aktris dan aktor muda yang berbakat akan dikontrak untuk menjalankan sebuah proyek video porno sesuai arahan mereka. Target pun telah ditetapkan, para pemain diharapkan dapat memenuhi keinginan perusahaan yang terikat kontrak. Untuk dapat menjadi pegawai di sana, bahkan seseorang menjalani berbagai tes seperti akan melamar kerja pada umimnya. Syarat-syarat formal seperti ijazah, sertifikat pendukung, surat-surat, nilai, dan pengalaman pula akan ditanyakan. Legalnya industri film dewasa oleh pemerintah Jepang sendiri tidak saja menuai pro-kontra dari dalam negeri, akan tetapi juga dari negara-negara lain. Banyak reaksi yang diterima oleh Negeri Bunga Sakura itu. Mulai dari dukungan, kritik, saran, hingga kecaman. Beberapa bahkan secara terang-terangan mengirim surat terbuka kepada PBB atas kebijakan Jepang tersebut. Meski begitu, Negeri Matahari Terbit tetap melaksanakan kebijakannya dalam melegalkan industri porno. Pemerintah mengatakan telah benar-benar menimbang serta melihat dari berbagai segi. Mulai dari efek buruk, hingga keuntungan yang ditimbulkan dari kebijakan legalnya produksi film porno terhadap negerinya, juga negara lain.

3. Tetap Harus Disensor


Via Wikimedia

Minna-san di rumah mesti tahu, bahwa walaupun Jepang telah melegalkan industri film dewasa, akan tetapi ada peraturan pemerintah yang diberlakukan dan harus dipatuhi bagi para pebisnis hiburan panas. Lucunya, ada peraturan soal sensor dalam dunia produksi video porno. Jika Akiba-chan dan Akiba-kei ingin tahu, salah satu peraturan sensor dalam pembuatan blue film di Jepang adalah penyensoran di bagian alat vital pria. Entah apa alasannya, akan tetapi detail ‘burung’ milik pemain laki-laki tidak boleh dipertontonkan secara langsung.
Ya, peraturan sensor ini merupakan kebudayaan Jepang zaman dahulu yang dipertahankan pemerintah hingga sekarang. Konon, industri film dewasa asal Negeri Bunga Sakura telah ada sejak lama sekali. Oleh karena itu, penyensoran terhadap detail alat kelamin pria dianggap sebagai penghormatan terhadap nilai-nilai moral dari leluhur mereka. Untuk sanksi sendiri, Jepang tidak main-main dalam menegakkan peraturan satu ini. Pemerintah mengancam para oknum yang melanggar dengan denda miliaran rupiah, penutupan perusahaan, bahkan sampai kurungan penjara selama puluhan tahun.

4. Adegan Bercinta yang Diarahkan


Via Anasebrahem

Film dewasa yang memiliki alur cerita lebih diminati ketimbang yang menyajikan bagian hubungan intim saja. Beberapa scene pun disusun oleh sang sutradara. Mulai dari pertemuan, obrolan antar pemain, hingga berakhir di ranjang. Melihat publik lebih menyukai blue film yang seperti ini, maka industri bidang porno mulai berlomba-lomba menyajikan tema dan akting terbaik. Adegan bercinta pun di-setting sedemikian rupa agar menarik minat banyak penonton. Aktor dan aktris yang membintangi diharapkan bisa memerankan perannya sesuai naskah.

5. Kasus Pemerkosaan Rendah


Via Blasphemoustomes

Fakta yang terakhir ini adalah yang patut kita apresiasi, Minna-san. Meski Jepang telah melegalkan industri film dewasa dan dibuka banyak lowongan kerja sebagai pemeran porno, serta tingkat persentase remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah itu tinggi, tidak menjadikan Jepang sebagai negara yang memiliki banyak kasus pemerkosaan. Berdasarkan informasi yang didapat, perbandingan kasus pemerkosaan yang dialami orang Indonesia dan orang Jepang adalah 1:55. Artinya, jika di Jepang ada satu orang yang mendapat tindak pelecehan seksual, maka di Indonesia akan ada 55 orang yang mengalami hal tersebut. Perkara ini tentu membuat siapa pun merasa ironis.

6. Banyak Pengidap HIV dan Aids dari Kalangan Homoseksual


Via Haikudeck

Dilansir dari globalvoice.org, tingkat pengidap HIV dan Aids meningkat drastis di Jepang datang bukan dari kalangan heteroseksual, melainkan kebanyakan dari homoseksual dan biseksual. Persentase paling parah dan telah mencapai taraf mengkhawatirkan adalah pada tahun 2008 lalu. Statistik yang dilaporkan United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) begitu menakutkan bagi para warga yang tinggal di Jepang, yakni sebanyak 432 orang didiagnosis HIV dan 1113 orang HIV positif.
Setelah pemerintah melakukan penanganan terhadap masalah ini, seperti penyuluhan masyarakat, menggerakan organisasi seperti WADS serta JFAP untuk memberi kesadaran tentang bahaya seks bebas, tingkat persentase pengidap penyakit ini berhasil diturunkan secara drastis di tahun selanjutnya, 2009, yakni sebanyak 249 orang didiagniosis HIV+ dan 124 didiagnosis AIDS. Orang-orang yang tinggal Jepang akhirnya bisa lebih merasa aman. Industri film dewasa asal Negeri Bunga Sakura itu kemudian lebih ketat melakukan penyeleksian aktor dan aktris baru, terutama dalam hal kesehatan fisik.

Tidak ada komentar