Panduan Pemasaran Ikan cupang mulai dari lokal sampai ekspor


Sebanyak 75% kebutuhan ikan hias air tawar dunia tergantung pada Indonesia. Tak heran kalau eksportir Indonesia sudah merambah sampai ke penjuru dunia. Lebih dari 60 eksportir setiap bulannya mengirimkan jutaan ekor ikan hias ke Asia, Amerika, Eropa, dan bahkan Afrika. Ini menunjukkan teknologi pengemasan ikan hias Indonesia sudah memadai.
Cupung adu sebagai salah satu komoditas ekspor ikan hias pun nurut dikirim oleh eksportir. Memang teknologi pengemasan masing masing jenis ikan hias yang dikirim tersebut mirip. Namun, khusus uncuk cupang ada, teknologi pengemasannya berbeda dengan jenis ikan hias lainnya. Ini disebabkan oleh sifatnya agtesif sehingga cupang adu perlu dikemas tersendiri.
Secara umum, teknologi pengemakan cupang adu ini berbeda untuk setiap tujuan pasarnya. Pengemasan untuk pasar lokal umum nya masih lebih sederhana dibanding untuk pasar ekspor yang membutuhkan waktu pengangkutan cukup lama.

  1. Pasar Lokal
Umumnya pasar lokal hanya membutuhkan sedkit cupang adu. Namun, tidak tertutup kemungkinan juga yang dikemas berumlah banyak. Teknik mengangkut cupang adu dewasa pun tidak terlalu rumit. Untuk pasar lokal ini, kemasannya dapat berupa wadah plastik yang hanya diisa air seperlunya. Setiap kantong plastik hanya diisi dengan satu ekor cupang adu dewasa, Penggunaan kemasan seperti ini membuat cupang dapat bertahan hidup sampai tiga hari.
Lain halnya kalau yang akan dikemas dan diangkut adalah burayak atau cupang dewasa dalam jumlah banyak. Burayak atau cupang berjumlah banyak tersebut dimasukkan dalam kantung plastik yang sudah diisi air. Namun, sebelum dimasukkan dalam kantung, airnya harus sudah dibubuhi obat antistres dan Gold 100 sebanyak ppm per liter air sehingga warnanya berubah menjadi kekuningan. Dengan kemasan tersebut, cupang adu dapat dikirim ke berbagai tempat di dalam negeri.
Setelah ikan dikemas, kantong plastik dimasukkan ke dalam dus karton. Ukuran dus sewaai dengan jumlah kantong plastik. Sebagai contoh, untuk 50 kantong plastik membunuhkan dus karton berukuran panjang 40 cm, lebar 30 cm, dan tinggi 30 cm. Agar cerlindungi selama dalam pergalanan, dos karton tersebut dikemas lagi dalam kotak kaya yang ringan. Berat kayu untuk dus karton ber- isi 50 kantong plastik biasanya kilogram sehingga diharapkan berat total seluruh kemasan dan air maksimal 15 kg.
Untuk pasar lokal, pengirimannya umumnya melalui darat atau mempergunakan kendaraan bermotor. Biaya pengiriman ditanggung oleh pengirim. Biasanya berat beban barang kiriman tidak dibatasi oleh perusahaan ekspedisi.
  1. Pasar Ekspor
Pengiriman dan pengangkuan cupang adu untuk pasar lokal bukan masalah sulit bagi pedagang. Ini disebabkan pedagang tidak pernah dihadapkan dengan perijinan. Lain halnya dengan pedagang ekspor, ada beragam perijinan yang selalu dihadapi. Selain itu, ke mampuan teknologi pergemasan sangat diperlukan agar tingkat ke matian ikan selama pengiriman dapat dikurangi.
Teknologi pengemasan terbaik di dunia untuk mengekspor ikan.Teknologi hias, terutama cupang adu dilakukan oleh eksportir Singapura.Mereka mengirim cupang adu ke 60 negara setiap harinya. Mortalitas dari pengemasannya hanya di bawah 296 walaupun pengirimannya membutuhkan waktu 30-40 am. Sukses luar biasa tersebut tercapai berkat teknologi pengemasan yang canggih berdasarkan pengalaman 30 tahun.
Sistem pengemasan yang dipakai eksportir Singapura adalah sistem tertutup, sama halnya yang dilakukan eksportir Indonesia. Ikan dikemas dalam kantung plastik polietilen. Sebelum disi air, ujung kantung plastik diikat dan dikantung plastik dibalik sehingga bagian dalam menjadi bagan luar. Dengan cara ini kemasan akan tidak membentuk sudut. Fungsi bentuk kemasan demikian adalah mencegah ikan terperangkap di pojok kemasan yang dapat menyebabkan kematian ikan sewaktu didalam kemasan.
Untuk pemasaran biasanya ke singapur untuk negara Indonesia, karena juga diterapkan di sini. Yang sulit ditiru ialah kemudahan terapannya dan teknologinya yang cukup canggih. Di Singapura, ekspor ikan hias cupang produk hortikultura lainnya menjadi prioritas utama untuk diterbangkan ke negara tujuan ekspor dengan maskapai penerbangan mereka. Namun, di Indonesia mungkin hal rersebut akan sulit ditiru dan terlalu banyak aturan yang harus dipenuhi sebelam ikan bisa dikirim. Padahal, faktor utama yang mendukung rendahnya tingkat kemanan ikan lebih banyak dipengaru oleh kemudahan pengriman.
  1. Kemasan
Cupang sebagai ikan yang agresif selalu dikemas sendiri – sendiri. Bila dikemas dua ekor atau lebih, dikhawatirkan cupang akan salingberkelahi. Perkelahian tersebut terpicu stres sehingga dapat mematikan ikan.
Wadah kemanan untuk cupang berupa kantung plastik poli etilen (PE) ukuran 10 cm x 20 cm; 12 cm x 25 cm; dan 14,5 cm x 29 cm. Untuk memperkecil risiko kebocoran, kantung tersebut dibuat rangkap dua sebelum diisi air. Air yang digunakan harus dibubuhi obat antistres. Volume air sekitar seperempat volume kantung plastik. Setelah wadah kemasan siap, seekor cupang dimasukkan ke dalam setiap wadah. Setelah itu, ujung kantung plastik diputar sehingga membentuk bulatan” berisi udara, lalu diikat dengan karet gelang.
Setelah diikat, kantung plastik tersebut diletakkan di dalam boks atau kotak stereofoam. Penggunaan kotak stereofoam berfungsi sebagai pelindung kantong plastik berisi ikan dari tekanan barang-barang lain dan benturan saat pengangkutan, memastikan letak kantung tidak bergeser dari tempat semula dan mempermudah penanganan, sangat efektif menjaga kondisi suhu udara di dalam kemasan, serta memperkecil biaya angkut karena bobotnya ringan.
Kotak harus memenuhi standar pengangkutan udara. Rumus standar ukuran kotak dan babot adalah panjang (cm) x lebar (cm) x tinggi (cm) dibagi 6000. Hasilnya merupakan bobot maksimal. Batanya setiap kotak stereofoam berukuran panjang 45 cm, lebar 45 cm, dan tinggi 45 cm dapat menampung 50 buah kantong plastik. Berat total maksimum kemasan kotak stereofoam hanya 12-12,5 kg. Setelah kantung dari dalam kotak, selanjutnya kotak dimasukkan dalam kardus.
Untuk pengiriman cupang adu, bisanya digunakan sistem harga (FOB on board). Dalam sistem FOB ini biaya pengitiman ditanggung pihak pembeli. Namun, kalau terjadi pelanggaran terhadap ketentuan rumus standar ukuran dan bobot, misalnya melebihi, biaya transportasi menjadi tanggungan pihak pengirim.
Di bagian luar kardus dipasang sejumlah label berisi keterangan keterangan penting selama pengiriman. Biasanya keterangan tersebut dibuat dalam dalam bahasa Inggris. Misalnya, “Live Tropical Fish” untuk memenuhi pereyaratan asosiasi penerbangan internalsional. This Way Up” untuk menunjukkan posisi dari kardus, dan “Keep Warm” sebagai petunjuk agar kardus tidak ditempatkan di ruangan yang dingin sewaktu di pesawat udara.
Suhu air kemasan perlu dipertahankan kalau tempat tujuannya sedang mengalami musim dingin. Suhu air dipertahankan pada angka 26-27 oC. Bahan yang dipakai untuk mempertahankan suhu air berupa heat pack (dapat dibeli di toko toko ikan hias). Heat pack tersebut berisi beragam bahan kimia yang dapat memper tahankan suhu air antara 21 – 43 oC, Heat pack diletakkan di bawah tutup kotak stereofoam bagian dalam.
Lain halnya kalau tempat tujuan pengiriman ikan tersebut beriklim panas. Bila demikian, diperlukan pendingin berupa es batu yang dikemas dalam kantung plastik. Kantung plastik yang berisi es tersebut dibungkus kertas koran agar embunnya tidak menetes. Setiap kemasan kotak stereofoam diberi 3 – 4 bungkus es batu. Selain dengan es batu, perlakuan pendinginan dapat dilakukan dengan cara ikan diadaptasikan dahulu dalam air dingin sebelum dikemas.
  1. Kualitas Air
Populasi ikan setiap kali pengiriman hanya 5-10% dari bobot total. Ini berarti air merupakan komponen pemberat utama yang “menelan” biaya pengangkutan. Eksportir mengatasinya dengan cara memmasukkan semaksimal mungkin ikan ke dalam wadah. Namun, setiap kantung harus diisi satu ekor cupang adu. Konsekuensinya ialah pada saat bersamaan kualitas airnya harus dijagaga agar tetap layak menjadi tempat hidup ikan selama di perjalanan Dua faktor pembatas kualitas air adalah cepatnya akumulasi kotoran dan minimnya oksigen dalam wadah.
Kepadatan ikan dalam kantung plastik berefek pada banyak nya kotoran yang dikeluarkan. Di Singapura, eksportir mempunyai pedoman standar untuk hal ini. Misalnya, untuk kelompok cupang hanya dapat dicemari oleh maksimal l – 10 gr kotoran per liter air selama perjalanan 30 jam dan suhu 20oC. Dari angka tersebut dapat diprediksi jumlah ikan untuk setiap liter air dalam kemasan. Ini disebabkan jumlah kotoran per ekor cupang sudah diketahui.
Sistern apa pun yang dipakai untuk mengemas cupang tetap saja ikan akan stres. Untuk meminimalkan pengaruh stres tersebut biasanya dipakai obat antistres. Bahan kimia ini direkomendasikan menggantikan garam mineral yang hilang dan mempertahankan kualitas air di dalam kemasan. Dosisnya 5 ml/3,7 liter air. Cara lain meminimalkan pengaruh stres adalah menutup kantung plastik agar ikan tidak dapat melihat pemandangan di luar kemasan yang ditempatinya.
Masalah besar lain yang mangkin dihadapi eksportir dalam mengekspor cupang adalah meningkatnya kadar amoniak di dalam air akibat kotoran ikan dan ikan mati. Ada tiga cara yang dapat dipilih untuk menurunkan kadar amoniak tersebut, yaitu sebagai berikut.
  1. Merendahkan suhu air. Untuk hal ini biasanya digunakan es batu yang diletakkan di sudut kantung plastik sebelum kotak steenlodm ditutup.
  2. Meletakkan kantong dalam ruangan ber-AC. Sebelum dikirim, ikan diletakkan dalam ruangan ber-AC selama 4-6 jam. Teknik ini dipakai untuk pengiriman ikan dalam sekala besar. Penurunan suhu air ini dilakukan bersamaan dengan cara cupang dipuasakan selama sehari penuh.
  3. Memberikan antia moniak. Cara ini menggunakan obat antiamoniak berupa ammonia chloramine chlorine. Dosisnya sebanyak 5 m/3,7 liter air. Pada cara ini pun ikan harus dipuasakan dahulu agar sesedikit mungkin mengeluarkan sekresi.
Pengemasan sistem tertutup pun mengakibatkan akunwulas karbondioksida (Co) akan mengurangpada tahap berikutnya akan menurun kan pH air. Namun, kenyataannya eksportir tidak terlalu merisaukan akan hal tersebut. Berdasarkan pengalaman, pH air dalam kemasan setelah 48 jam perjalanan tetap konstan di sekitar angka 7. Aneka ini masih berada dalam batas toleransi untuk cupang adu dari daerah tropis. Untuk ikan yang memerlukan pH rendah, biasanya dipakai daun ketapang karena diketahui ber pH 6,5.

Tidak ada komentar